Haruskah Ada Penjajahan Agar
Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan?
Belajar dari sejarah perjalanan
bangsa Indonesia, dahulu kala Indonesia atau yang sering disebut dengan
Nusantara terdiri dari banyak kerajaan. Masing-masing kerajaan di wilayah Nusantara
memiliki ciri khas dan kebudayaannya sendiri-sendiri. Hal itulah yang menjadi
cikal bakal keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia. Bahkan
kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Nusantara saat itu sering melakukan
pertempuran dan saling menyerang satu sama lain.
Meskipun upaya pemersatuan wilayah
Nusantara sudah dilakukan oleh beberapa kerajaan besar melalui ekspedisinya,
namun hanya beberapa wilayah yang berhasil bersatu dan tidak bertahan lama.
Kerajaan-kerajaan bagian lambat laun memisahkan diri karena kemunduran kerajaan
induk. Proses integrasi pada saat itu sangat sulit terjadi.
Informasi tentang kesuburan dan
kekayaan alam wilayah Nusantara perlahan mulai menyebar di kalangan bangsa
Eropa. Bangsa Eropa yang kala itu sedang gempar-gemparnya melakukan pelayaran
untuk mencari daerah pendudukan mulai mendatangi Nusantara. Bangsa-bangsa Eropa
saling bersaing untuk menduduki wilayah-wilayah di Nusantara yang kaya akan
rempah-rempah.
Penduduk
asli Nusantara yang semula menyambut baik kedatangan bangsa Eropa, semakin lama
semakin merasa bahwa mereka sedang dijajah oleh orang-orang Eropa. Mereka yang
awalnya berperang secara kedaerahan menyadari bahwa itu akan sangat sulit untuk
meraih kemenangan atas kaum penjajah. Maka para utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan
dari seluruh penjuru Nusantara berkumpul dan menyusun kekuatan untuk mengusir
para penjajah. Dengan persatuan dan kesatuan serta kerja keras akhirnya para
penjajah dapat keluar dari wilayah Nusantara yang sekarang disebut dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari
uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa awal mula munculnya persatuan dan
kesatuan di Indonesia adalah karena kedatangan kaum penjajah. Mungkin jika dulu
bangsa Eropa atau para penjajah tidak datang ke Indonesia, tidak akan terjadi
proses integrasi antar daerah dan golongan di wilayah Nusantara. Tapi, melihat realita
saat ini, apakah bisa dibilang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
terpelihara dengan baik?
Di
era yang bebas dari penjajahan ini, seharusnya sebuah bangsa dapat hidup
bersama dengan tenang, aman, dan nyaman. Namun kenyataannya tidak demikian. Di
berbagai daerah di wilayah Indonesia sering terjadi bentrokan antar suku, desa,
golongan, dan berbagai perbedaan konflik yang ada di dalam masyarakat. Karena
hal sepele pula dapat menimbulkan permusuhan antara kelompok.
Zaman
yang merdeka seperti saat ini sebaiknya diisi dengan hal-hal yang positif dan
lebih mengarah ke tujuan mempererat persatuan dan kesatuan. Seperti membentuk
klub atau komunitas yang memiliki persamaan hobi, atau bahkan bisa juga
membentuk tim olahraga seperti sepak bola, futsal, tenis, voli, basket, dan
lainnya. Selain membentuk perkumpulan, bisa juga mengadakan kompetisi atau
perlombaan yang bertujuan untuk meningkatkan persahabatan serta solidaritas,
dan bukan untuk ingin menang sendiri.
Bentuk
kegiatan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan dapat juga dilakukan di
lingkungan masyarakat sekitar. Kerja bakti di lingkungan masyarakat dapat
menumbuhkan rasa kepedulian antar warga masyarakat dan saling menjaga di
lingkungan masyarakat.
Sebenarnya
masih banyak lagi cara untuk mempertahankan dan meningkatkan persatuan bangsa
Indonesia. Keadaan yang sudah tidak ada lagi bentuk penjajahan oleh kolonial
seperti saat ini harus bisa dioptimalkan untuk membangun persatuan bangsa. Cara
yang paling sederhana untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa adalah
menanamkan kesadaran kepada masyarakat terutama kaum pemuda untuk selalu
berpikir positif dan berpikir dewasa serta memiliki rasa toleran yang tinggi.
Tidak perlu ada
penjajah datang ke Indonesia lagi hanya agar bangsa Indonesia sadar akan
persatuan dan kesatuan. Yang paling utama adalah kesadaran dan rasa tanggung
jawab akan keutuhan NKRI demi mencapai cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar